Jalan panjang sebuah perasaan

Hehehe….ada baiknya tulisan ini saya awali dengan tertawa, saya tertawa entah karena merasa geli dengan judul tulisannya? atau karena hal lain yang berkaitan dengan isi tulisan ini nantinya.

Dalam melakukan pendekatan ke lawan jenis, ada yang bilang pria lebih memakai jargon “lebih cepat lebih baik” dan perempuan “alon – alon asal kelakon” meski dalam beberapa kasus berlaku sebaliknya. Tetapi diluar itu dan berbagai macam sifat atau sikap manusia ada sesuatu yang bisa dibilang berlaku umum, si pria di tuntut agresif dan si perempuan sebaiknya pasif. aturan ini masih cukup banyak penganutnya, baik dari golongan pendidikan rendah, menengah maupun yang dibilang tinggi.

Jika memang sikap pasif seorang perempuan harus terus dibudidayakan mungkin hal ini lebih karena menyatakan perasaan bagi seorang perempuan tidak dimasukkan kedalam tuntutan persamaan hak yang sering disuarakan.  Dan sikap aktif yang harus dimiliki pria, bisa jadi ditujukan untuk menjaga marwah sebagai seorang lelaki yang nantinya akan bertanggung jawab sebagi pengambil keputusan dalam sebuah hubungan atau rumah tangga.

Dalam konteks ini tentunya tidak ada yang benar atau salah , tapi memikirkan lagi pandangan – pandangan yang berlaku umum untuk didefinisi ulang adalah sebuah proses berfikir yang perlu untuk terus dilatih. Karena suatu peraturan, baik yang tertulis maupun tidak, yang berlaku pada waktu tertentu tidak lepas dari kondisi sosial dan lingkungan pada saat peraturan itu mulai diterapkan.

Dengan tulisan ini tidak pula saya berharap sekonyong – konyong perempuan berubah jadi seperti lelaki dalam melakukan pendekatan yang mungkin malah akan berakibat menggelikan bagi sebagian pria. Harapannya adalah adanya suatu kondisi sinergis antara perempuan dan pria yang sudah berkeinginan untuk berkomitmen, tidak perlu “pakewoh” dengan tradisi lama yang mungkin kondisinya sudah berbeda. tidak pula menjadi seperti sinetron yang berusaha memperpanjang episode agar slot iklan semakin banyak. ini adalah hubungan antara dua manusia yang harusnya berlangsung jujur dan sederhana, jangan sampai memakai pepatah lama yang berbunyi “kalau bisa dipersulit mengapa dipermudah”. karena proses pernyataan sebuah perasaan ini hanyalah sebuah awalan atau pintu masuk yang harusnya tidak juga terlalu berat karena tantangan sebenarnya adalah proses mempertahankan sebuah hubungan itu sendiri.

sekian.

Tagged ,

2 thoughts on “Jalan panjang sebuah perasaan

  1. pebuardi says:

    Hmmm..

Leave a reply to wellagn Cancel reply